Jangan melupakan bagian dari negara kesatuan republik indonesia yang menyimpan banyak hal menarik. Hingga banyak peneliti terkemuka berupaya mengetahui sejarah dan budaya yang ada. Contoh saja suku jawa dan segala peradaban yang berkembang di dalamnya. Namun aneh, jika seseorang yang mengaku dirinya orang jawa merasa “pekewuh” jika dijadikan objek penelitian. Ada beberapa alasan yang mendasar, mengapa kita perlu mengetahui budaya jawa.
Pertama, seperti modern ini yaitu keterasingan masyarakat
jawa terhadap nilai-nilai yang ada pada jawa itu sendiri. Tidak wajar jika kita
tahu tentang dunia yang luas ini dengan segala hiruk-pikuknya namun kita
melupakan kearifan dan kehalusan jawa.
Kedua, lebih bersifat teoritis, etika falsafi masa kini
hampir secara eksklusif dikembangkan pada latar belakang penghayatan moral,
bukan penghayatan pada suatu sistem dari yang cukup berbeda akan dapat membantu
memecahkan masalah pada masa sekarang.
Kepercayaan dan pandangan hidup orang jawa, merupakan sebuah
tema menarik yang perlu dikaji karena memuat banyak hal yang kurang
diperhatikan akan tetapi nilai pandangan hidup ini dianggap sebagai kebudayaan
asing yang kita adopsi dari agama, suku atau bahkan bangsa lain.
Dalam masyarakat jawa umumnya ada juga kebiasaan-kebiasaan
yang sering dilakukan terutama pada masyarakat islam khususnya. Hal ini tidak
lepas dari peran agama yang di anut oleh masyarakat jawa itu sendiri,
tradisi-tradisi itu di pertahankan karena sudah terinternalisasi dari nenek
moyang pada jaman dahulu ketika ajaran islam belum masuk.
Membahas mengenai kepercayaan orang jawa sangatlah luas dan
meliputi berbagai aspek yang bersifat magic atau ghaib yang jauh dari jangkauan
kekuatan dan kekuasaan mereka http://www.primbon.com/ . Masyarakat jawa jauh sebelum agama-agama
masuk, mereka sudah meyakini adanya tuhan yang maha esa dengan berbagai sebutan
diantaranya adalah “gusti kang murbeng dumadi” atau tuhan yang maha kuasa yang
dalam seluruh proses kehidupan orang jawa pada waktu itu selalu berorientasi
pada tuhan yang maha esa. Jadi, orang jawa telah mengenal dan mengakui
adanya tuhan jauh sebelum agama masuk ke jawa ribuan tahun yang lalu dan sudah
menjadi tradisi sampai saat ini yaitu agama kejawen yang merupakan tatanan
“pugaraning urip” atau tatanan hidup berdasarkan pada budi pekerti yang luhur.
Keyakinan terhadap tuhan yang maha esa pada tradisi jawa
diwujudkan berdasarkan pada sesuatu yang nyata, riil atau kesunyatan yang
kemudian direalisasikan pada tata cara hidup dan aturan positif dalam kehidupan
masyarakat jawa, agar hidup selalu berlangsung dengan baik dan bertanggung
jawab
Masyarakat jawa dengan segala pandangan hidupnya memiliki
karakteristik budaya yang khas, sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pada garis
besarnya pandangan hidup orang jawa dapat dibedakan menjadi du bagian yaitu
pandangan lahir dan pandangan batin. Pandangan lahir terkait dengan kedudukan
seseorang sebagai makhluk individu dan sosial, sedangkan pandangan batin
berkaitan dengan kedudukan seseorang sebagai makhluk individu dan sosial. Dalam
hal ini pandangan jawa memiliki kaidah-kaidah yang di identifikasikan
berdasarkan ungkapan-ungkapan budaya sebagai pengejawantahan nilai-nilai budaya
yang didukung oleh masyarakatnya. Sebaliknya, pandangan batin terkait dengan persoalan-persoalan
yang bersifat supranatural http://www.primbon.com/ramalan_weton.htm akan tetapi menduduki tempat yang
penting dalam sistem budaya jawa.
Terdapat system yang menuntut untuk meminimalisasi
kepentingan-kepentingan yang bersifat individu, hal tersebut didasarkan pada
semangat komunal akan tetapi secara individu, seseorang di tuntut untuk
memiliki kepercayaan yang kuat serta tekad dalam memperjuangkan hidup (jujur da
nerimo). Ungkapan diatas merupakan kristalisasi atau bahan untuk membaca
semangat hidup agar mampu menempatkan diri sebagai individu guna menjaga
keberadaan kehidupan.
Secara sosial, http://www.primbon.com/mimpi.htm orang jawa memiliki orientasi utama dengan menciptakan sikap yang mulia terhadap
orang lain. Untuk menciptakan hal tersebut banyak orang jawa yang menghindari
sikap adigang adigung, adiguna sre dengki, panas elen, wedi isin, eling lan
waspodo, serta menciptakan hubungan sosial yang harmoni. Dalam hal ini
melibatkan norma social seperti rukun. Tepo sliro, jujur, andap ashor dan
sebagainya.
Sebenarnya tujuan serta pandangan orang jawa itu sama, yaitu
untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin bagi anggotanya. Kebahagiaan
tersebut diwujudkan sebagai hidup sejahtera, cukup sandang pandang, tempat
tinggal aman dan tenteram. Hubungan masyarakat jawa adalah pengejawantahan yang
lebih lanjut dari manusia didalam keluarga. Sedangkan hubungan dikeluarganya
adalah pengejawantahan dari hubungan manusia sebagai pribadi dan orang lain.