Selamat Datang di BLOGERNYA Orang “ KampoenK ”

Senin, 09 Januari 2012

TARI KUPU-KUPU


Tari Kupu-kupu melukiskan ketentraman dan kedamaian hidup sekelompok kupu-kupu yang dengan riangnya berpindah dari satu dahan ke dahan yang lain.
Tarian ini merupakan tarian putri masal yang diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1960-an.
Sebuah komposisi garapan karawitan iringan tari kreasi Kupu-Kupu Kuning Angarung smudra yang mendapat  inspirasi dari sejarah kerajaan karangasem tatkala meluaskan daerah kekuasaan ke Pulau Lombok pada tahun 1692. Saat itu Karangasem diperintah oleh tiga raja bersaudara dan seorang diantaranya memimpin ekspidisi mengerahkan pasukan menyebrang selat Lombok dalam empat buah perahu. Perihal ribuan Kupu-kupu Kuning sebagai pelindung dan pemberi arah empat buah perahu yang mengangkut laskar kerajaan Karangasem tersebut kisah taburan Kup-kupu Kuning tersebut sebagai tema sentral penciptaan Karya ini dituang ke dalam barungan gamelan semarandana dengan permainan patet untuk penunjang dinamika dramatik untuk alur tematik. Tariannya dibawakan oleh sembilan penari anak-anak permpuan sebagai tari kelompok dengan tatanan busana iminatif kupu-kupu kuning yang diinovasikan.
Adapun tujuan penggarapan ini, pertama: untuk mendesiminasikan sejarah kerajaan Karangasem; kedua, sebagai informasi kepada masysrakat bahwa peristiwa bersejarah tersebut dapat divisualisasikan kedalam bentuk karya seni tari; dan ketiga, untuk menambah khasanah repertoar tarian anak-anak.
Metode penciptaan melalui tiga tahapan, yakni tahap eksplorasi, improvisasi dan forming. Tahap eksplorasi diawali dengan menelaah buku sumber yang berjudul Kupu-kupu Kuning yang Terbang di Selat Lombok. Membahas secara tuntas ide penggarapan dengan parner penata iringan untuk mendapatkan kesamaan tafsir tentang tema dan wujud garapan. Tahap improvisasi dengan menggali motf-motif sekwen musik sesuai tema dan juga pengembangan ornamentasi yang dapat mendukung tarian. Tahap forming merupakan proses akhir dari penciptaan ini dengan menyusun komposisi musik secara mengalir sehingga terwujud sebuah garapan selaras dengan komposisi tarinya. Tema tarian adalah perlindungan dengan suasana patriotik dalam durasi waktu 13 menit, 10 detik. Proses penggarapan dilakukan di sanggar Seni Citra Usadhi Mengwitani Badung. Dengan menggunakan seperangkat barungan gamelan Semarandana, lebih memberi peluang terhadap kemungkinan permainan suasana, karena dalam gamelan tersebut dimungkikan untuk bermain patet lebih banyak.
Harapan penata, mudah-mudahan karya cipta yang sederhana ini dapat berkembang sebagai tarian anak-anak dimasa-masa mendatang.

TARI DRIASMARA


1. Tema Tari Driasmara
Tari driasmara merupakan salah satu bentuk tari pasangan yang ditarikan oleh seorang penari putra dan putri, tari driasmara bertemakan langen asmara atau percintaan antara Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Tari ini disusun oleh Sunarno Purwolelono pada tahun 1976. Tahun1980 tari ini disusun kembali oleh Wahyu Santosa Prabowo, Nora Kustantina Dewi dibantu oleh Rusini untuk penataran Pamong Kesenian se-Jawa Tengah di PKJT Sasono Mulyo Baluwarti Surakarta. Adegan/tarian untuk Prabu Kelana digarap oleh Sunarno Purwolelana, adegan/tarian panji (alusan) digarap oleh Wahyu Santoso Prabowo, dan untuk adegan Candra Kirana digarap oleh Sunanro Purwolelana. Untuk gendhing pengiringnya digarap oleh Martopangrawit, dan pada perekaman digubah oleh Rahayu Supanggah.
Berangkat dari drama tari yang berjudul Panji Asmara, mengambil cerita panji dengan tokoh Prabu Kelana, Candra Kirana, dan Panji Asmara Bangun, berproses di Sasana Mulyo, adapun penarinya adalah Sunarno Purwolelono sebagai Prabu Kelana, Wahyu Santoso Prabowo sebagai Panji Asmara Bangun dan Utami Retno Asih sebagai Candra Kirananya. Drama tari tersebut dipentaskan di acara pernikahan Sal Mugiyanto. Dari drama tari tersebut dipethil/ diambil adegan Candra Kirana dan Panji Asmara Bangun (adegan pasihan/percintaan antara Candra Kirana dan Panji Asmara), dari adegan tersebut jadilah tari pasihan. Setelah tersusun menjadi tari pasihan tokoh Panji dan Candra Kirana dihilangkan (tidak harus menceritakan Panji Asmara Bangun dan Candra Kirana).
Driasmara berasal dari kata driya yang bearti hati dan asmara yang berarti asmara, driasmara dimaksudkan hati yang sedang dilanda asmara. Rasa yang muncul/ terkandung dari tariDriasmara yaitu romantis, penuh kasih, saling mengasihi satu sama lain, cinta kasih. Tari driasmara menggambarkan sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, melambangkan suatu hubungan percintaan antara dua orang yang berlawanan jenis. Pada dasarnya tari ini menggambarakan bermacam-macam perasaan manusia yang terlibat dalam suatu percintaan. Sebagai contoh perasaan sayang, kangen selalu ingin bertemu dan bersama dengan kekasihnya serta tidak ingin membaginya dengan orang lain. Rasa kangen dan penggambaraan kerinduan yang mendalam pada tokoh wanita dirasakan pada gendhing kinanthi sandhung. Rasa damai dan tenteram dirasakan pada gendhing sekar macapat mijjil. Kebar memunculkan rasa senang dan mesra yang menggambarkan sepasang kekasih yang bercinta.

2. Gendhing pengiring tari Driasmara
Laras pelog sebagai laras yang dipilih untuk gendhing pengiring tari Driasmara, karena pada dasarnya laras pelog memunculkan rasa, suasana menjadi lebih berasa romantis.
- Ketawang wigena laras pelog pathet nem
è Wigena dapat diartikan, rasa yang muncul saat pertama kali ketemu, ada chemistery, merasakan jatuh cinta.
Ketawang wigena dahulu merupakan garapan dari Bambang Suryo Darmoko, gendhing tersebut di gunakan untuk mengiringi drama tari Ramayana, adegan Dewi Kekayi yang merupakan istri muda Prabu Dasarata menagih janji, dahulu Dasarata berjanji bahwa yang akan menggantikan tahtanya adalah anak yang lahir dari rahim Dewi Kekayi, namun kenyataannya tidak demikian, Dewi Kekayi menggigatkan kepada Prabu Dasarta akan janjinya kala itu.
Buka:
. . . 2 2 1 6 5 1 6 1 2 . 1 6 5
1 2 1 6 2 1 6 3 1216 2 1 6 5
Ngelik :
3 5 3 57 62 4 2 1 5 6 1 . 3 2 6 5
3 5 3 5 3 5 6 1 3 2 6 5 3 5 2 3
1 1 . 6 5 6 7 6 5 4 2 4 2 1 6 5
- Kemuda kembang kapas laras pelog pathet nem
è Kemuda: masa muda, remaja. Kemudu kudu: menanti, dengan penuh harap, seseorag yang selalu dikhayalkannya untuk segera datang. Dapat diartikan sebagai seorang remaja yang mempunyai rasa suka, mulai tertarik pada lawan jenisnya. Melamun, berkhayal, membayangkan hal-hal yang indah-indah, selalu mengharap pujaan hatinya datanng dan berada disisinya.
Kembang kapas / bunga kapas: pohon kapas ketika berbunga, bunganya berwarna putih. Dapat diartikan sebagai sebuah pengharapan, bahwa dari rasa yang timbul diharapkan akan terjalin sebuah cinta yang suci (warna putih identik dengan makna suci), dan tulus.
II 1 5 1 5 2 4 5 4 2 4 2 1 5 1 5 1
5 4 2 1 4 2 1 4 1 2 4 5

- Mijil sekar macapat laras pelog pathet nem
è Penari putra datang, impian remaja putri (dalam gendhing kemuda kembang kapas) terwujud.
- Ketawang kinanthi sandung laras pelog pathet nem
è Rasanya (rasa antara penari putra dan penari putri) bersatu, saling jatuh hati, dua hati telah berpadu, ada keinginan untuk bersanding dan berharap tak ada halangan/kesandung suatu hal tertentu, berjalan mulus, bahagia hingga akhir hayat.
Buka : celuk . . . 6 1 2 6 5 2 3 5 3
. . 3 5 6 5 3 5 2 4 5 4 2 1 6 5
2 2 . 3 1 2 3 2 6 1 2 3 6 5 3 2
- Ktw. driasmara laras pelog pathet nem.
è Mengunakan garap kendang loro (2), menimbulkan/memunculkan rasa sareh, rasa tenang, garapnya agak halus.
Lik:
6 6 . . 6 6 5 6 2 3 2 1 6 5 2 3
. . 3 5 6 1 2 1 3 2 1 2 . 1 2 6
2 3 2 1 6 5 3 2 6 1 2 3 6 5 3 2


Umpak:
è Menggunakan garap kendang ciblon, berkarakter riang, hanya ada suka.
5 6 5 3 6 5 3 2 5 6 5 3 6 5 3 2
6 6 . . 6 6 5 6 2 3 2 1 6 5 2 3
. . 3 5 6 1 2 1 3 2 1 2 . 1 2 6
2 3 2 1 6 5 3 2 6 1 2 3 6 5 3 2


Ketawang Wigena, lrs. Pelog pathet nem
Pundhen ulun dhuh sinuwun
punapa punapada tan ngemuti
marang prasetya paduka
ngebun-ebun enjang
sendhang geng ing pawukiran
leganana raos mami
Jangkring gunung wong angkrangkung
kadita nyawang sireki
kekuncung kang kabeh ana
merak ati
burong toya baya sira
welas asih marang dasih


Artinya:
junjunganku oh sang raja/prabu
apakah paduka tidak ingat
akan janji yang paduka ucapkan
aku sangat mengharapkan
sendang besar di gunung/ telaga
mengharap bahwa paduka sang raja membuat hatiku lega/ menepati janji
jangkirk gunung=gangsir/ jangkrik yangg ada dipegunungan, orang yang tinggi semampai
sireki=kamu, aku tidak bosan-bosannya memandangmu selalu ingin memandangmu
bintang yang berjambul yang berada dihutan/ merak
sebagai wanita yang penampilanya membuat hati tertarik/menarik hati
burong toya=bintang yang ada diair, baya sira=apakah engkau
akan memberikan kasih sayang padaku
Sekar macapat mijil lrs.pl.pt.nem
Dhuh mas mirah
adiku wong kuning
cahyane mancorong
gandhes luwes kewes wicarane
dhuh kakang paduka
kawula sayekti bekti marang kakung

Arsip Blog

Entri Populer