Selamat Datang di BLOGERNYA Orang “ KampoenK ”

Jumat, 12 Agustus 2011

TARI PENDET

Sumber inspirasi lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau mendet. Prosesi mendet  berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan dan seusai pementasan  topeng sidakarya—teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung itu biasanya secara khusus menampilkan ritus mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga.
Aktivitas mendet yang secara etimologis berasal dari mendak ( menyambut) itu, penarinya tak selalu dipersiapkan secara khusus, umumnya dapat dibawakan oleh seluruh partisipan, pria-wanita tua dan muda. Ketika gamelan sudah melantunkan gending papendetan, mereka yang ingin ngayah mendet menari secara tulus akan bergantian tampil di halaman suci pura, bisa secara solo, berpasangan, atau juga masal. Seorang kakek dapat dengan penuh semangat membawa sesajen dan bunga menari-nari improvisatoris berinteraksi dengan aksen-aksen gamelan. Seorang nenek renta  tak dinyana tiba-tiba bangkit dengan lincahnya berlenggak lenggok dengan ekspresi nan lugu. Para remaja yang masih energik juga sering dapat disaksikan mamendet dengan menari sesungguh-sungguhnya.  Semuanya dilakukan dalam bingkai berkesenian sebagai sebuah persembahan yang bermakna kegirangan menyongsong kehadiran para dewa.

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.


Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.




Tari Pendet Sakral

Biasanya Tari Pendet dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh para putri, dan lebih dinamis dari tari Rejang. Ditampilkan setelah tari Rejang di halaman Pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih). Para penari Pendet berdandan layaknya para penari upacara keagamaan yang sakral lainnya, dengan memakai pakaian upacara, masing-masing penari membawa perlengkapan sesajian persembahan seperti sangku (wadah air suci), kendi, cawan, dan yang lainnya.


Tata busana Tari pendet

Pementasan tari Pendet memerlukan beberapa macam perlengkapan busana dan juga properti. Adapun macam-macam perlengkapan busana dan properti tari Pendet adalah :
 a.Sabuk prada.
 b.Anteng.
 c.Kain songket.
                        d.Bokor.


Susunan gerakan dasar tari Pendet diurutkan sebagai berikut :

1.Ngumbang luk penyalin, berjalan ke muka belok kanan kiri dan ngentrag.
            2. Duduk bersimpuh mengambil bunga lalu menyembah dengan manganjali.
3. Leher ngilek ke samping kanan seraya nyeledet (gerakan ini dilakukan 3x berturut-turut).
            4. Ngagem kanan disertai luk nerudut dan nyeledet ke kiri.
            5. Ngenjet gerak peralihan untuk perpindah dan menjadi agem kanan.
            6. Ngotag pinggang bertukar tempat dari kanan ke kiri dan sebaliknya.
7. Ngelung rebah ke kiri dan kanan yang disertai dengan angumad tarik kanan dan kiri.

8. Ngumbang ombak segera berjalan belok ke belakang dan ke muka.
            9.Nyeregseg ngider berputar ke kanan dan kiri berturut-turut sampai 2 atau 3 kali.
            10. Ngelung kiri kanan beserta nyeledet kiri kanan lalu beranjak 2 terus berjalan.
11. Ngentrag berjalan cepat terus ngeseh dan menabur bunga sambil berjalan ngumbang   luk penyalin.
12.Metanjek ngandang berputar ke kiri dan ditutup dengan gerka nyakup bawa.


Istrumen musik dan pengiringnya

Musik pengiring tari pendet bisa berupa apa saja (musik dan lagu2 tadisional)
yang pada umumnya menggunakan alat musik tradisional dari bali sendiri seperti
gamelan bali.
-semar pegulingan,
- semara patangian (pelegongan),
- dua set gender wayang,
- Baleganjur,
- pejogedan,
- rindik,
- genggong,
- gong suling
- Kendang






Kesimpulan dan saran
Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
,sebagai upaya pelestarian dan pengembangan Seni dan Budaya dirasa perlu mengingat seni dan budaya memberikan kontribusi yang sangat besar kepada  Negara terutama sebagai ajang Promosi, sarana diplomasi dan menjalin hubungan kerjasama dengan Negara Lain.
Memainkan alat music, baik tradisional maupun modern membutuhkan waktu yang relatif panjang. Begitu pula halnya dengan memainkan gamelan Bali yang terdiri dari berbagai macam instrumen yang mempunyai tingkat kesulitan berbeda. Dengan waktu yang relatif singkat, tentu ketrampilan yang diperoleh belum maksimal. Oleh karena itu program pelatihan semacam ini perlu dilanjutkan secara regular dan berkesinambungan, sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan.



Tidak ada komentar:

Arsip Blog

Entri Populer